Rabu, 14 Mei 2008

NASIONALISME YANG TERGADAIKAN

(Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa)*
MERDEKA…MERDEKA…MERDEKA…!!! HIDUP MAHASISWA…!!! Teriakan seperti ini mungkin sering kita dengar, bahkan mungkin juga kita sering melontarkannya. Dalam kehidupan masyarakat kampus hal-hal semacam ini adalah hal yang biasa. Sebagai mahasiswa sering kita temui yang demikian dalam forum-forum diskusi mahasiswa, komunitas mahasiswa pergerakan maupun perjuangan, lembaga dakwah kampus dll. Kemudian, apa maksud dari semua ungkapan-ungkapan tersebut..? Jawabannya tak lain hanyalah untuk menumbuhkan semangat nasionalisme kita sebagai mahasiswa yang peduli akan perkembangan, kesatuan , kemajuan, serta keagungan bangsa dan negara.
Berbicara masalah Nasionalisme, kita tidak boleh melupakan sejarah. Salah satu tokoh nasionalis kita adalah mantan presiden Soekarno, perjalanan beliau dalam memperjuangkan NKRI dengan semangat nasionalismenya yang tinggi banyak mendapat cercaan dari berbagai golongan, namun apakah beliau gentar..? tidak, beliau malah semakin tertantang, karena rasa tanggung jawab yang besar sebagai kepala negara pada waktu itu, menjadikan beliau sosok “revolusioner” sejati, bahkan beliau dikenal diberbagai penjuru dunia karena paham kebangsaan yang dianutnya serta yang diterapkannya tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Kemudian yang menjadi pertanyaan, sejauh manakah peran kita dalam mewujudkan semangat nasionalisme kita sebagai mahasiswa (agent of change), dalam rangka mengisi kemerdekaan bangsa ini. Apakah hanya dengan yel-yel atau jargon-jargon “hidup mahasiswa…!!! Merdeka…!!!” cukupkah hanya dengan ungkapan-ungkapan yang demikian..? Tidak, rasa nasionalisme terbentuk tidak cukup hanya dengan teriakan-teriakan yang memekikan telinga. “Namun rasa nasionalisme terbangun ketika kita bisa masuk dan mencoba menghargai jasa para pahlawan kita, rasa nasionalisme kita bisa terbentuk ketika jiwa kita bisa menyatu dengan apa yang dialami oleh rakyat miskin dan kaum-kaum telantar. Rasa dan asa kita bisa menjadi perangai yang halus, serta budi pekerti luhur yang lurus ketika kita mau dan mencoba memperjuangkan hak dasar kita dan hak dasar mereka saudara-saudara kita kaum terpinggirkan”. Apa yang telah kita persembahkan kepada bangsa dan negara ini, apakah kita rela ketika negeri tercinta ini tercabik-cabik, terombang-ambing dan teraniaya oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang sudah tidak lagi pro-akan rakyat.
Jika kita sadar tanggung jawab kita sebagai mahasiswa, maka kita tidak akan pernah sanggup untuk mendongakkan kepala apalagi membusungkan dada, dikarenakan terlalu berat beban yang harus kita pikul. Bukan hanya kewajiban kita kepada orang tua, untuk selalu membahagiakan dan membuat bangga orang tua (mikul dhuwur mendhem jero kahanane wong tuwa). Namun kita juga mempunyai tanggung jawab kepada proses berlangsungnya hidup bermasyarakat. Mahasiswa adalah “social control” dari setiap kebijakan-kebijakan pemerintah, artinya kita mempunyai peran penting dalam mewujudkan kehidupan bernegara yang “kondusif”, sehingga hak-hak rakyat kecil dapat terpenuhi. Namun apakah realita yang terjadi di negara ini, tatanan negeri yang carut-marut, hilangnya pemerataan hak disemua sektor, pudarnya independensi, praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dimana-mana. Semua persoalan-persoalan itu adalah suatu permasalahan yang “urgent”. Disinilah rasa nasionalisme kita (mahasiswa) diuji, ketika masyarakat dijadikan tumbal dari kebiadaban sistem kita harus bergerak dan maju memperjuangkan hak dasar kita untuk melepaskan diri dari belenggu sistem tersebut
Kita seharusnya tahu bahwa musuh terbesar kita pada saat ini adalah kebijakan yang tersistem, bagaimana langkah awal kita dalam upaya melumpuhkan sistem tersebut sehingga nasionalisme kita bisa terbentuk kembali. Langkah konkritnya adalah kita harus menumbuhkan pribadi yang kritis, sehingga kita bisa meng-kritisi setiap kebijakan pemerintah . Meskipun demikian, ada yang lebih penting lagi yaitu memulai dari diri sendiri dengan cara memperkaya diri dengan wawasan keilmuwan, wawasan sosial dan wawasan wacana. Sebagai mahasiswa kita tidak boleh apatis, apalagi cuek dan berdiam diri, berpangku tangan menyaksikan ketidak adilan dimana-mana. Dalam kehidupan kampus banyak organisasi-organisasi ekstra yang menawarkan diri antara lain organisasi pergerakan dan perjuangan ( HMI, PMII, KAMMI, LMND, SMI dan SAPMA Pemuda Pancasila), ini merupakan kesempatan pengembangan dan pembelajaran bagi kita untuk meng-apresiasikan tanggung jawab kita kepada bangsa dan tanah air. Apapun organisasinya, kesejahteraan rakyat dan pemerataan hak dasar kita-lah tujuan akhirnya.
HIDUP MAHASISWA….!!!

Tidak ada komentar: